Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Syakkuṣ-Ṣadr: Penyucian Hati Rasulullah SAW

www.ibumengaji.com Salah satu peristiwa agung yang dialami Rasulullah SAW sejak masa kecilnya adalah syakkuṣ-ṣadr, yaitu pembelahan dada oleh malaikat. Peristiwa ini menjadi tanda betapa Allah SWT telah menjaga dan mempersiapkan Muhammad kecil untuk menerima risalah yang agung di kemudian hari.

Kapan Terjadi Syakkuṣ-Ṣadr

Syakkuṣ-ṣadr pertama kali terjadi ketika Rasulullah SAW masih kecil, tepatnya saat beliau berusia sekitar empat tahun. Kala itu beliau berada dalam asuhan Halimah as-Sa‘diyah, ibu susu dari kabilah Bani Sa‘d. Muhammad kecil sedang bermain bersama anak-anak lain, lalu datanglah malaikat Jibril bersama malaikat Mikail untuk melaksanakan perintah Allah.

Proses Syakkuṣ-Ṣadr dalam Hadits

Dalam hadits riwayat Imam Muslim, diceritakan bahwa malaikat Jibril membaringkan Muhammad kecil, lalu membelah dadanya. Dari hatinya diambil segumpal darah, kemudian Jibril berkata: “Ini adalah bagian setan darimu.” Setelah itu hati beliau dicuci dengan air zamzam menggunakan bejana emas, kemudian dijahit kembali dan dikembalikan ke tempatnya. Dalam riwayat lain yang dibawakan oleh Ahmad dan An-Nasā’ī, disebutkan bahwa setelah dibersihkan, hati Rasulullah SAW dipenuhi dengan iman dan hikmah.

Gambaran yang detail ini menegaskan bahwa peristiwa tersebut bukan sekadar kiasan, melainkan benar-benar terjadi sebagai bagian dari penjagaan Allah.

Tujuan Syakkuṣ-Ṣadr

Allah SWT tentu tidak melakukan sesuatu tanpa tujuan. Syakkuṣ-ṣadr adalah bentuk tathhīr (penyucian) terhadap Nabi-Nya. Tujuan utamanya adalah menghilangkan potensi keburukan dan dorongan hawa nafsu yang biasanya ada pada manusia biasa. Dengan dikeluarkannya ḥaẓẓusy-syaithān (bagian setan) dari hati beliau, maka Rasulullah SAW terjaga dari pengaruh setan sejak kecil.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA:

فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ، فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً، فَقَالَ: هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ، ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ، ثُمَّ لَأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ.
(HR. Muslim, no. 162)

Terjemah:
“Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau sedang bermain bersama anak-anak. Jibril membaringkannya, lalu membelah dadanya dan mengeluarkan hatinya. Dari hati itu dikeluarkan segumpal darah, lalu Jibril berkata: ‘Ini adalah bagian setan darimu.’ Setelah itu, hati beliau dicuci dengan air zamzam dalam bejana emas, kemudian dijahit kembali dan dikembalikan ke tempatnya.”

Dalam riwayat lain disebutkan tambahan bahwa hati Nabi diisi dengan iman dan hikmah.

فَغَسَلَ قَلْبَهُ، ثُمَّ مَلَأَهُ إِيمَانًا وَحِكْمَةً، ثُمَّ أَعَادَهُ فِي صَدْرِهِ
(HR. Ahmad dalam Musnad, 3/121; An-Nasā’ī dalam as-Sunan al-Kubra, 6/442 – sanadnya hasan)

Terjemah:
“Kemudian malaikat itu mencuci hati beliau, lalu memenuhi hati itu dengan iman dan hikmah, kemudian mengembalikannya ke dalam dadanya.”

Selain itu, syakkuṣ-ṣadr juga merupakan persiapan spiritual untuk menerima wahyu di masa dewasa. Hati yang bersih, dipenuhi iman dan hikmah, akan menjadi wadah yang kokoh untuk memikul amanah kenabian. Allah hendak menunjukkan bahwa Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang disucikan lahir dan batinnya.

Hikmah dan Manfaat Syakkuṣ-Ṣadr

Peristiwa ini memberikan banyak hikmah. Pertama, ia menjadi bukti bahwa Allah menjaga Nabi-Nya sejak kecil agar terhindar dari dosa dan kesesatan. Rasulullah tidak pernah terjerumus pada perilaku buruk masyarakat jahiliyah, meski beliau hidup di tengah mereka.

Kedua, peristiwa ini memperlihatkan bahwa misi kenabian tidak datang tiba-tiba, melainkan dipersiapkan sejak dini. Hati yang telah dibersihkan menjadi sumber kekuatan moral dan spiritual yang membuat Muhammad kecil tumbuh dengan akhlak yang mulia.

Ketiga, syakkuṣ-ṣadr juga memberi pelajaran kepada umat bahwa kebersihan hati adalah kunci hidayah. Sebagaimana hati Rasulullah dibersihkan secara fisik, umatnya diajarkan untuk membersihkan hati dari sifat iri, dengki, sombong, dan cinta dunia.

Penutup

Syakkuṣ-ṣadr bukan sekadar kisah masa kecil Rasulullah SAW, tetapi sebuah tanda agung bahwa Allah SWT telah menyiapkan utusan-Nya dengan penuh kesempurnaan. Melalui peristiwa itu, kita belajar bahwa kebersihan hati adalah jalan menuju kemuliaan. Jika hati seorang anak kecil saja dipersiapkan sedemikian rupa untuk menjadi penerang dunia, maka umatnya pun sepatutnya berusaha menjaga hati agar selalu bersih dalam mengabdi kepada Allah.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments