Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Rahasia Menjaga Lisan

www.ibumengaji.com Sufyan bin Sa’id bin Masruq ats-Tsauri (97–161 H) adalah seorang ulama besar ahli hadits, fiqh, dan zuhud. Ia lahir di Kufah, Irak, dan dikenal sebagai “Amirul Mukminin fil Hadits”, sebuah gelar tinggi yang diberikan hanya kepada tokoh yang sangat terpercaya dalam bidang periwayatan hadits. Sufyan ats-Tsauri hidup di masa Dinasti Abbasiyah, di mana ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat namun juga penuh dengan ujian politik dan fitnah dunia.

Beliau dikenal sangat wara’ (menjaga diri dari yang syubhat), sederhana, serta tegas dalam menjaga kebenaran. Ia pernah menolak jabatan qadhi (hakim) yang ditawarkan khalifah, karena khawatir tidak mampu menegakkan hukum Allah dengan adil akibat tekanan penguasa. Dalam dakwahnya, Sufyan ats-Tsauri menekankan pentingnya ilmu, amal, dan menjauhi dunia yang berlebihan, serta banyak menekankan akhlak dalam menjaga lisan dan hati.

اقِلُّ مِنْ مَعْرِفَةِ النَّاسِ تَقِلُّ غِيبَتُكَ

Artinya:
“Kurangilah (kebiasaanmu) mengetahui urusan manusia, niscaya akan berkurang ghibahmu.”

Ungkapan beliau di atas menyingkap rahasia mendalam: bahwa ghibah sering muncul dari rasa ingin tahu yang berlebihan terhadap urusan orang lain. Semakin seseorang sibuk mencari tahu keadaan orang, semakin terbuka peluang untuk menemukan aibnya. Dan ketika aib itu diketahui, bisikan hati sering mendorong lidah untuk menceritakan kepada orang lain. Maka, cara paling bijak untuk menghindari ghibah adalah menjaga diri dari rasa ingin tahu yang tidak bermanfaat.

Perkataan ini mengajarkan kita agar fokus pada perbaikan diri, bukan sibuk membicarakan kehidupan orang lain. Seseorang yang menyibukkan diri dengan amal shaleh akan sedikit waktunya untuk meneliti kekurangan orang lain.

Hubungan Rasa Ingin Tahu dengan Ghibah

Rasa ingin tahu manusia seringkali bukan pada hal yang bermanfaat, melainkan pada urusan pribadi orang lain. Dari sinilah benih ghibah tumbuh. Semakin banyak orang mencari tahu, semakin besar kesempatan lidah tergelincir. Maka, kontrol terhadap rasa ingin tahu ini sejatinya adalah benteng awal melawan ghibah.

Dalil Larangan Ghibah

Al-Qur’an secara tegas melarang ghibah:

“Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hujurat: 12)

Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda: “Engkau menyebut sesuatu tentang saudaramu yang ia tidak suka.” Ditanyakan, “Bagaimana jika yang aku sebutkan itu benar adanya?” Beliau menjawab: “Jika yang engkau sebutkan itu benar adanya, maka engkau telah menggunjingnya. Dan jika tidak benar, maka engkau telah berdusta atasnya (memfitnah).” (HR. Muslim)

Refleksi: Akibat Buruk Ghibah

Ghibah bukan hanya dosa lisan, tapi juga racun sosial. Ia menimbulkan:

  1. Rusaknya ukhuwah – Persaudaraan hancur karena hilangnya rasa saling percaya.

  2. Menumbuhkan kebencian – Orang yang digunjingkan merasa sakit hati dan dendam.

  3. Mengurangi pahala – Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa ghibah akan “memindahkan” pahala orang yang menggunjing kepada orang yang digunjingkan.

  4. Mengeraskan hati – Lisan yang terbiasa dengan ghibah akan kehilangan rasa malu dan takwa.

Karena itu, ghibah dilarang bukan sekadar soal etika, tapi demi menjaga kebersihan hati, keluhuran akhlak, dan keharmonisan masyarakat.

Penutup

Ungkapan bijak Sufyan ats-Tsauri mengingatkan kita bahwa menjaga lisan bermula dari menjaga hati. Mengurangi rasa ingin tahu tentang urusan orang lain adalah langkah sederhana namun ampuh untuk menutup pintu ghibah. Islam menuntun umatnya agar fokus pada amal diri sendiri, memperbaiki kekurangan pribadi, dan tidak sibuk mencari-cari aib orang lain. Dengan demikian, kita menjaga diri dari dosa, menumbuhkan ketenangan hati, serta memelihara ukhuwah dalam masyarakat.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments