Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Mengendalikan Marah, Menunjukkan Kekuatan Hakiki

www.ibumengaji.com Nama lengkap Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhir. Beliau merupakan orang Dausi berasal dari Bani Daus bin Adtsan. Kabilah Daus ini berasal dari Al-Azd sedangkan Al-Azd sendiri merupakan kabilah Yumaniah Qathaniyah yang terkenal silsilah terjaga nasab keturunnanya.

Abu Hurairah dilahirkan pada tahun 598 M di wilayah Yaman. Beliau sebelum memasuki Islam adalah seorang anak kecil yatim dan fakir muhajirin yang tidak memiliki keluarga dan harta kekayaan. Namanya dulu sebelum masuk Islam adalah Abdus-Syams (haba matahari).

Ayahnya menamainya sebagai Abu Hurairah yang berarti (ayah atau pemilik kucing) karena kecintaannya merawat dan memelihara kucing. Ketika itu, Abu Hurairah hijrah dari Yaman ke Madinah pada penaklukan khaibar dan hal ini terjadi pada tahun tujuh hijriyah. Abu Hurairah menyatakan masuk Islam dihadapan ath-Thoufail bin Umr di Yaman sebelum berangkat ke Madinah. Abu Hurairah adalah shabat Nabi Muhammad SAW dengan gelar al-Mukhtasirun berarti orang yang meriwayatkan hadis paling banyak.

Menurut Abdul Majid Khon, faktor yang menyebabkan Abu Hurairah menjadi periwayat hadis paling di antaranya : Rajin menghadiri majelis nabi, Selalu menemani Rasulullah SAW karena beliau sebagai penghuni suffah di masjid Nabawi, Kuat ingatannya karena beliau salah satu sahabat yang mendapatkan doa dari Nabi sehingga hapalannya kuat dan tidak pernah lupa apa yang di dengar dari Rasulullah SAW. Jumlah hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah adalah 5374 dan sebab beliau selalu mendatangi majelis Rasulullah. Jadi dapat disimpulkan bahwa Abu Hurairah adalah seorang yang kuat hapalannya dan mengingat semua yang Nabi Muhammad SAW sampaikan.

Para ulama memberikan penjelasan terkait syarah hadits ini. Mereka mengungkapkan bahwa marah adalah perasaan yang sangat manusiawi, namun menahan amarah adalah cerminan kekuatan batin yang lebih besar. Seseorang yang mampu mengendalikan marahnya adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsu, menjaga akhlak, dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sabar.

Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wasallam mengajarkan beberapa cara untuk mengendalikan diri ketika marah, di antaranya:

  1. Bersikap Tenang: Nabi menyarankan untuk tetap tenang dan tidak terburu-buru dalam merespons perasaan marah.
  2. Mengambil Wudhu: Karena marah datangnya dari syaitan, yang terbuat dari api, maka Nabi mengajarkan untuk berwudhu agar menyejukkan hati.
  3. Berubah Posisi: Jika marah tidak bisa ditahan, Nabi menyarankan untuk berpindah posisi, misalnya dengan duduk jika sedang berdiri atau berbaring jika sedang duduk.
  4. Mengingat Pahala: Mengingat bahwa menahan amarah adalah tindakan yang dicintai Allah dan bisa mendatangkan pahala besar.

Dengan mengikuti ajaran ini, kita dapat lebih mudah mengendalikan amarah dan mengarahkan energi negatif menjadi lebih produktif dan positif.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments