www.ibumengaji.com Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu nabi yang diutus Allah SWT untuk menyeru kaumnya agar menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Pada masa itu, masyarakat di wilayah Babilonia dipimpin oleh Raja Namrud, seorang penguasa zalim yang mengaku sebagai Tuhan. Kaum tersebut hidup dalam penyimpangan akidah, menyembah berhala buatan tangan mereka sendiri, serta mengingkari keberadaan Tuhan yang Maha Esa.
Sejak kecil, Nabi Ibrahim AS memiliki pemikiran kritis terhadap penyembahan berhala. Ia mempertanyakan bagaimana patung-patung yang tidak bisa berbicara, bergerak, atau memberikan manfaat bisa dianggap sebagai Tuhan. Dalam perjalanannya mencari kebenaran, Nabi Ibrahim AS mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dan mulai berdakwah kepada kaumnya. Beliau dengan tegas menegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan yang layak disembah.
Nabi Ibrahim AS Menghancurkan Berhala
Sebagai bentuk penolakan terhadap penyembahan berhala, Nabi Ibrahim AS melakukan tindakan yang mengejutkan kaumnya. Suatu hari, ketika penduduk sedang merayakan suatu perayaan di luar kota, beliau masuk ke dalam kuil tempat berhala-berhala disembah. Dengan keberanian, beliau menghancurkan semua berhala kecuali satu yang paling besar. Kemudian, beliau menggantungkan kapak pada berhala terbesar tersebut sebagai sindiran bagi kaumnya.
Ketika masyarakat kembali dan melihat berhala-berhala mereka hancur, mereka terkejut dan segera mencari tahu siapa yang melakukan hal tersebut. Nabi Ibrahim AS pun dituduh sebagai pelakunya. Ketika ditanya, beliau menjawab dengan cerdik, “Coba tanyakan kepada berhala terbesar ini, mungkin dialah yang melakukannya jika memang bisa berbicara.” (QS. Al-Anbiya: 63). Jawaban ini membuat kaumnya terdiam karena mereka sendiri tahu bahwa berhala-berhala itu tidak bisa berbicara, apalagi bertindak.
Namun, alih-alih menerima kebenaran, kaum tersebut justru semakin marah dan menganggap Nabi Ibrahim AS sebagai ancaman terhadap kepercayaan mereka. Raja Namrud, yang merasa kekuasaannya terganggu, akhirnya memutuskan untuk menghukum Nabi Ibrahim AS dengan cara yang kejam, yaitu dibakar hidup-hidup.
Nabi Ibrahim AS Dibakar
Raja Namrud dan pengikutnya menyiapkan api yang sangat besar. Mereka membangun tumpukan kayu bakar yang tinggi dan menyalakan api hingga menyala-nyala. Karena panasnya yang luar biasa, mereka tidak bisa mendekat untuk melemparkan Nabi Ibrahim AS ke dalamnya, sehingga mereka menggunakan alat pelontar (manjaniq) untuk melemparkannya dari kejauhan.
Namun, saat Nabi Ibrahim AS dilemparkan ke dalam api, Allah SWT menunjukkan kebesaran-Nya. Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan api agar menjadi dingin dan menyelamatkan Nabi Ibrahim AS:
“Qulnā yā nāru kūnī bardan wa salāman ‘alā Ibrāhīm” “Kami berfirman: ‘Hai api, jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!'” (QS. Al-Anbiya: 69).
Atas izin Allah SWT, api yang seharusnya membakar tubuh Nabi Ibrahim AS justru menjadi dingin dan tidak membahayakannya. Keajaiban ini membuat orang-orang terkejut dan tidak bisa menyangkal kekuasaan Allah. Meskipun demikian, Raja Namrud tetap dalam kesombongannya dan enggan beriman kepada Allah.
Tafsir Ayat “Kūnī Bardan Wa Salāman ‘Alā Ibrāhīm”
Ayat ini memiliki tafsir yang sangat mendalam menurut para ulama:
- Tafsir Ibnu Katsir Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT tidak hanya memerintahkan api untuk menjadi dingin, tetapi juga tetap memberikan keselamatan kepada Nabi Ibrahim AS. Jika hanya diperintahkan menjadi dingin, bisa saja Nabi Ibrahim AS malah mengalami bahaya akibat suhu yang terlalu rendah. Oleh karena itu, Allah SWT menambahkan kata “wa salāman” (dan keselamatan) agar Nabi Ibrahim AS tetap aman dalam api tersebut.
- Tafsir Al-Baghawi Al-Baghawi menafsirkan bahwa api kehilangan sifat panasnya tanpa kehilangan cahayanya. Hal ini merupakan salah satu bentuk mukjizat yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT di luar hukum alam yang biasa berlaku.
- Tafsir Al-Qurthubi Al-Qurthubi menjelaskan bahwa perintah Allah ini adalah bentuk rahmat-Nya kepada para kekasih-Nya. Allah SWT memiliki kendali penuh atas segala sesuatu, termasuk elemen-elemen alam seperti api, air, dan angin.
- Tafsir As-Sa’di Dalam Tafsir As-Sa’di, disebutkan bahwa mukjizat ini adalah bukti nyata bagi orang-orang yang beriman, tetapi juga sebagai hujjah (argumen) yang menundukkan kaum kafir. Mukjizat ini seharusnya menjadi pengingat bagi mereka akan kebesaran Allah, tetapi karena kesombongan mereka, mereka tetap menolak kebenaran.
Hikmah dari Kisah Ini
Kisah Nabi Ibrahim AS saat dibakar oleh Raja Namrud memberikan banyak pelajaran bagi umat Islam, di antaranya:
- Keimanan yang Kokoh – Nabi Ibrahim AS menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa meskipun harus menghadapi ancaman nyawa.
- Tawakal kepada Allah – Nabi Ibrahim AS tidak merasa takut karena sepenuhnya berserah diri kepada Allah SWT.
- Kebesaran Allah SWT – Kisah ini menunjukkan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk mengubah sifat api agar tidak membakar hamba-Nya yang taat.
- Kesombongan Menghancurkan – Raja Namrud dan kaumnya tetap menolak kebenaran meskipun telah melihat mukjizat, menunjukkan bahwa kesombongan dapat menghalangi seseorang dari menerima kebenaran.