www.ibumengaji.com Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki keutamaan besar dalam Islam. Sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, Rasulullah SAW telah melaksanakan puasa-puasa tertentu, seperti puasa Asyura yang berasal dari tradisi Bani Israil dan juga dipraktikkan oleh orang-orang Quraisy. Puasa ini awalnya menjadi amalan yang dianjurkan, tetapi setelah turunnya kewajiban puasa Ramadhan, puasa Asyura menjadi sunnah.
Kewajiban puasa Ramadhan ditetapkan pada tahun kedua Hijriyah melalui wahyu dalam surah Al-Baqarah ayat 183. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183). Perintah ini turun setelah peristiwa hijrah Rasulullah ke Madinah, di mana umat Islam mulai membangun kehidupan sosial dan spiritual yang lebih mapan.
Hadits yang berbunyi: “Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari-Muslim) adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Hadits ini termasuk dalam kategori muttafaqun ‘alaih, yaitu hadits yang disepakati oleh dua imam besar hadits, yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim. Hadits-hadits dalam kategori ini memiliki tingkat keshahihan yang tinggi karena telah melalui proses seleksi yang ketat oleh kedua imam tersebut.
Dalam ilmu hadits, derajat keshahihan hadits ditentukan oleh beberapa faktor, seperti sanad (rangkaian perawi), matan (isi hadits), dan kesesuaian dengan prinsip-prinsip Islam. Hadits muttafaqun ‘alaih memiliki tingkat kevalidan yang paling tinggi, karena perawinya terpercaya dan haditsnya tidak mengandung kontradiksi dengan hadits lain yang lebih kuat.
Dengan memahami dan mengamalkan puasa sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, seorang muslim dapat meraih berbagai manfaat, baik secara spiritual maupun kesehatan. Puasa mendidik kesabaran, meningkatkan ketakwaan, dan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat serta mendetoksifikasi diri. Lebih dari itu, puasa adalah bentuk ibadah yang memiliki keistimewaan khusus, karena Allah SWT sendiri yang akan memberikan balasan secara langsung bagi hamba-Nya yang berpuasa dengan ikhlas. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya memandang puasa sebagai bentuk pengabdian yang penuh makna dan mengamalkannya dengan kesungguhan hati.