www.ibumengaji.com Dhuafa, dalam bahasa Arab, merujuk kepada golongan yang lemah, miskin, dan kurang mampu. Mereka adalah individu-individu yang hidup dalam keterbatasan, terjepit oleh kesusahan dan kekurangan. Memahami makna sejati dari istilah ini adalah langkah pertama untuk membuka pintu hati kita terhadap kebutuhan mereka. Sebagai umat Islam, kewajiban untuk memperhatikan dhuafa tidak hanya sebatas norma sosial, tetapi juga merupakan panggilan moral dan agama.
Islam mengajarkan kita untuk menghormati dan membantu mereka yang membutuhkan, terutama kaum dhuafa. Rasulullah SAW bersabda, “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap istri-istrinya.” (HR. Tirmidzi). Dengan demikian, menyantuni dhuafa menjadi suatu wujud nyata dari kebaikan akhlak yang ditanamkan oleh Islam.
Mengapa kita, umat Islam, harus memperhatikan dhuafa? Pertama-tama, itu adalah panggilan untuk mewujudkan prinsip keadilan sosial yang menjadi inti ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang miskin itu dapat masuk ke surga lima ratus tahun lebih awal dari orang-orang kaya.” (HR. Bukhari-Muslim). Hal ini menegaskan bahwa memberikan perhatian kepada dhuafa adalah jalan menuju keberkahan dan keselamatan.
Selain itu, menyantuni dhuafa adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim akan seperti ini di akhirat,” beliau menunjukkan dua jarinya yang terpisah. (HR. Bukhari). Dengan memperhatikan dhuafa, kita bukan hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga menanamkan rasa kasih dan kepedulian yang mendalam dalam hati kita, menciptakan ikatan spiritual yang erat dengan Sang Pencipta.
Selasa, 14 November 2023 Yayasan Ibu Indonesia Mengaji bersama KSPPS BMT PAS Bantul melaksanakan santunan untuk 14 dhuafa yang ada di dusun Tangkilan, Sumbermuilyo, Bambanglipuro Bantul. Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan Pengajian Gabungan PIM3 se kapanewon Bambanglipuro.
Dalam kesimpulan, menyantuni dhuafa bukanlah sekadar kewajiban sosial, melainkan panggilan moral dan agama bagi umat Islam. Hal ini tidak hanya mencerminkan kebaikan akhlak, tetapi juga merupakan jalan menuju keberkahan dan kehidupan yang penuh makna. Melalui perhatian kepada dhuafa, kita tidak hanya memberikan manfaat dunia, tetapi juga mengukir jejak kebaikan yang abadi di akhirat.