Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Sa’ad bin Abi Waqqash: Pejuang Tangguh dan Sahabat yang Dijamin Surga

www.ibumengaji.com Di antara sahabat Nabi ﷺ yang mendapat kabar gembira sebagai penghuni surga adalah Sa’ad bin Abi Waqqash. Nama lengkap beliau adalah Sa’ad bin Malik bin Wahib bin Abdi Manaf bin Zuhrah. Beliau berasal dari suku Quraisy Bani Zuhrah, yakni kabilah yang sama dengan ibunda Rasulullah ﷺ, Aminah binti Wahab. Dengan demikian, secara garis keturunan, Sa’ad masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi.

Sejak kecil, Sa’ad dikenal sebagai seorang pemuda yang pemberani, berakhlak mulia, dan memiliki keteguhan hati. Beliau lahir di Makkah sekitar 23 tahun sebelum hijrah. Saat Islam datang, usianya baru 17 tahun. Sa’ad masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat yang pertama kali mengajak banyak tokoh Quraisy untuk memeluk agama Allah. Ia termasuk generasi awal, yakni golongan as-sabiqunal awwalun, yang menjadi pelopor penerimaan Islam.

Proses Keislaman dan Ujian

Keislaman Sa’ad tidak lepas dari ujian berat, bahkan datang dari orang terdekatnya. Ibunya yang bernama Hamdah binti Abi Sufyan sangat marah ketika mengetahui putranya mengikuti Rasulullah ﷺ. Sang ibu bersumpah tidak akan makan dan minum sampai Sa’ad meninggalkan Islam. Dalam riwayat disebutkan, ibunya berkata:

“Aku tidak akan makan dan minum hingga engkau murtad atau aku mati, lalu engkau akan dituduh sebagai pembunuh ibumu.”

Namun, Sa’ad dengan penuh keteguhan menjawab: “Wahai ibu, demi Allah, andai engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa-nyawa itu keluar satu per satu, aku tetap tidak akan meninggalkan agama ini.” (HR. Muslim). Akhirnya sang ibu menyerah, dan dari peristiwa inilah turun ayat dalam Al-Qur’an (QS. Luqman: 15) tentang kewajiban berbakti kepada orang tua, tetapi tidak boleh taat jika mereka mengajak kepada kesyirikan.

Perjuangan di Masa Rasulullah ﷺ

Sa’ad bin Abi Waqqash adalah sahabat pertama yang tercatat menumpahkan darah musuh dalam membela Islam. Dalam sebuah pertempuran kecil sebelum Perang Badar, ia memanah seorang musyrik dan hal ini menjadi panah pertama yang dilepaskan di jalan Allah. Oleh karena itu, beliau dijuluki sebagai pemanah pertama dalam Islam.

Dalam Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan berbagai peperangan lain, Sa’ad selalu berada di barisan terdepan. Rasulullah ﷺ sangat mempercayainya sebagai seorang prajurit pemberani. Dalam Perang Uhud, ketika situasi genting, Rasulullah ﷺ bersabda kepada Sa’ad:

“Irmi, fidaaka abi wa ummi!” – “Panahlah, wahai Sa’ad! Demi engkau, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ungkapan ini merupakan bentuk penghormatan yang sangat tinggi, karena jarang sekali Nabi ﷺ menujukan kalimat semulia ini kepada sahabatnya.

Peran di Masa Khulafaur Rasyidin

Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Sa’ad tetap menjadi tokoh penting dalam barisan umat Islam. Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia turut serta dalam berbagai penaklukan di wilayah Arab untuk menumpas kaum murtad.

Pada masa Umar bin Khattab, Sa’ad dipercaya sebagai salah satu jenderal utama. Umar mengangkatnya sebagai panglima dalam Perang Qadisiyah (636 M), sebuah pertempuran besar melawan Persia. Dengan strategi cerdas dan keberanian luar biasa, pasukan Islam berhasil meraih kemenangan gemilang. Dari sinilah pintu kemenangan Islam di wilayah Persia terbuka luas. Setelah itu, Sa’ad ditunjuk sebagai gubernur Kufah, memimpin masyarakat Muslim di Irak dengan adil dan tegas.

Sa’ad dikenal sebagai pemimpin yang zuhud, tidak silau dengan jabatan maupun harta. Saat masa fitnah di era Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, beliau memilih untuk tidak terlibat dalam pertumpahan darah antar kaum Muslimin. Sikap ini menunjukkan kebijaksanaannya serta keinginannya menjaga kesatuan umat.

Wafat dan Warisan

Sa’ad bin Abi Waqqash wafat pada tahun 55 H di usia sekitar 70 tahun. Ia merupakan sahabat terakhir yang wafat dari kelompok al-‘Asyrah al-Mubasysyirah bil Jannah, sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Jenazahnya dibawa ke Madinah dan dishalatkan oleh Marwan bin Hakam, kemudian dimakamkan di Baqi’.

Warisan terbesar Sa’ad bukanlah harta benda, melainkan keteladanan dalam keberanian, kesabaran, dan keteguhan iman. Beliau adalah contoh seorang pemuda yang rela meninggalkan kenyamanan keluarga demi meraih ridha Allah.

Penutup

Kisah hidup Sa’ad bin Abi Waqqash menunjukkan bahwa iman membutuhkan pengorbanan, keberanian, dan kesetiaan. Dari seorang pemuda berusia 17 tahun yang berani menantang tekanan keluarganya, ia menjelma menjadi panglima besar penakluk Persia. Tidak heran jika Rasulullah ﷺ memberinya kabar gembira sebagai salah satu penghuni surga.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments