Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Ruku’ & Sujud Menggugurkan Dosa

www.ibumengaji.com Imam Abu Ḥātim Muḥammad ibn Ḥibbān al-Bustī (w. 354 H) adalah salah seorang ulama besar dalam disiplin ilmu hadits. Ia dikenal sebagai al-Ḥāfiẓ, al-Naqqād, dan termasuk tokoh penting pada abad ke-4 Hijriyah. Beliau hidup setelah masa imam-imam Kutubus Sittah, sehingga digolongkan sebagai ulama kelas muta’akhkhirîn (generasi setelah masa keemasan penyusunan kitab-kitab hadits utama).

Ibnu Hibban adalah penulis kitab besar yang sangat terkenal dalam hadits, yaitu:

  • Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān (al-Musnad al-Ṣaḥīḥ ‘alā al-Taqāsīm wa al-Anwā‘)

  • Kitab al-Thiqāt berisi biografi rawi-rawi yang dipercaya

  • Kitab al-Majrūḥīn yang memuat rijāl hadits yang dilemahkan

Siapa Saja Guru-guru Imam Ibnu Hibban?

Ibnu Hibban memiliki guru sangat banyak—disebutkan lebih dari 2.000 guru yang ia temui di berbagai perjalanan ilmiah ke Irak, Syam, Hijaz, Mesir, hingga Khurasan.

Beberapa guru terpenting beliau antara lain:

  1. Ishaq ibn Rahuyah

  2. Muḥammad ibn Ismā‘īl al-Bukhārī (beliau meriwayatkan darinya melalui pertemuan masa kecil)

  3. Abu Ya‘lā al-Mawṣilī

  4. Muḥammad ibn ‘Abdullāh al-Anṣārī

  5. Abu Bakr ibn Khuzaymah

  6. Al-Ḥasan ibn Sufyān al-Nasā’ī

  7. Abu Ḥātim al-Rāzī (salah satu kritikus hadits terkemuka)

Dengan keluasan guru yang dimilikinya, kualitas riwayat-riwayatnya sangat diperhitungkan oleh para ulama setelahnya.

Teks hadits berikut ini :

إِنَّ العَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أُتِيَ بِذُنُوبِهِ، فَوُضِعَتْ عَلَى رَأْسِهِ أَوْ عَاتِقَيْهِ، فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تَسَاقَطَتْ عَنْهُ.

Ketika seorang hamba berdiri untuk salat, maka semua dosanya dibawa dan diletakkan di atas kepala dan pundaknya. Dan setiap kali ia ruku’ atau sujud, dosa-dosanya pun gugur.” [ Shahih Ibnu Hibban : 1734 ]

Sejak Kapan Salat Diwajibkan dan Ayat Al-Qur’an Tentang Perintah Salat

Shalat diwajibkan pada peristiwa Isra’ Mi‘raj, yaitu satu tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah. Pada malam itu Allah mewajibkan lima waktu, setelah sebelumnya 50 waktu dikurangi atas permintaan Nabi Musa kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Ayat Al-Qur’an tentang Kewajiban Shalat

Banyak ayat memerintahkan shalat, di antaranya:

  1. QS. Al-Baqarah 2:43
    “Wa aqīmūs ṣalāta wa ātūz zakāh…”
    (Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…)

  2. QS. An-Nisa’ 4:103
    “Innaṣ ṣalāta kānat ‘alal-mu’minīna kitāban mauqūtā.”
    (Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang waktunya telah ditentukan bagi orang beriman.)

  3. QS. Al-Isra’ 17:78
    “Aqimiṣ ṣalāta li-dulūki asy-syams…”
    (Dirikanlah shalat dari tergelincirnya matahari…)


5. Bagaimana Memaknai Hadits di Atas? Apakah Shalat Menggugurkan Dosa?

Hadits tersebut mengandung makna simbolik dan sekaligus makna hakiki.

a. Makna Simbolik

Para ulama menjelaskan bahwa maksud “dosa diletakkan di atas kepala dan pundaknya” adalah:

  • Seorang hamba menghadap Allah dengan membawa dosa-dosanya

  • Lalu dengan melakukan gerakan-gerakan khusyuk dalam shalat, ia memperoleh ampunan dari Allah

Gerakan ruku’ dan sujud adalah simbol kerendahan dan kepasrahan, yang menjadi sebab rahmat Allah turun.

b. Makna Hakiki

Berdasarkan banyak riwayat lain, shalat memang benar-benar menghapus dosa-dosa kecil, di antaranya:

  1. Sabda Nabi ﷺ:
    “As-ṣalātu ilā aṣ-ṣalāti kaffāratun limā baynahumā mā lam tughsyal kabā’ir.”
    (Shalat ke shalat berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar.)

  2. Dalam riwayat lain:
    Shalat laksana seseorang mandi lima kali sehari—tidak tersisa najis padanya.

Maka secara syariat, shalat adalah penghapus dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar membutuhkan taubat nasūḥah.

Bagaimana Agar Shalat Menjadi Berkualitas dan Mampu Menghapus Dosa?

Agar shalat berfungsi sebagai pembersih jiwa dan penghapus dosa, kualitas shalat harus dijaga. Di antara faktor yang menjadikan shalat bernilai tinggi adalah:

1. Khusyuk

Fokus hati dan pikiran ketika menghadap Allah:

  • memahami bacaan,

  • menghadirkan rasa takut, cinta, dan harap
    Allah berfirman:
    “Qad aflaha al-mu’minūn, alladzīna hum fī ṣalātihim khāshi‘ūn.”
    (QS. Al-Mu’minun 1-2)

2. Menjaga Thuma’ninah

Gerakan tidak terburu-buru; setiap rukun berhenti sejenak.
Ini merupakan syarat sah shalat menurut jumhur ulama.

3. Meluruskan Niat

Shalat dilakukan hanya karena Allah, bukan karena riya’ atau rutinitas semata.

4. Memperbaiki Wudhu

Nabi bersabda:
“Lā yuḥāfiẓu ‘alal-wuḍū’ illā mu’min.”
(Kehidupan iman seseorang terlihat dari perhatiannya terhadap wudhu.)

5. Menjaga Shalat Tepat Waktu

Tepat waktu menunjukkan kesungguhan dan adab kepada Allah.

6. Memperbanyak Sunnah

Seperti rawatib, dhuha, tahajud, dan witir—semuanya menambah kekuatan spiritual shalat wajib.

Hadits tentang gugurnya dosa ketika seorang hamba ruku’ dan sujud menunjukkan betapa besarnya rahmat Allah dalam ibadah shalat. Ia bukan sekadar ritual fisik, tetapi proses pembersihan ruhani. Namun nilai ini hanya bisa diperoleh apabila shalat dilakukan dengan kualitas yang baik—khusyuk, thuma’ninah, dan dilandasi keikhlasan.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang diperbaiki shalatnya dan dibersihkan dosa-dosanya melalui ibadah tersebut.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments