www.ibumengaji.com Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa jika manusia mencoba menghitung nikmat-Nya, mereka tidak akan mampu melakukannya karena keterbatasan akal dan daya ingat. Sementara itu, nikmat Allah begitu luas, mencakup segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, manusia memiliki kewajiban untuk mensyukuri dan memanfaatkan nikmat tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang diridai Allah.
Secara bahasa, nikmat berasal dari bahasa Arab “ni’mah” (نعمة), yang berarti karunia, pemberian, atau anugerah dari Allah. Secara istilah, nikmat adalah segala bentuk kebaikan yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, baik berupa materi maupun non-materi. Dalam konteks nikmat Allah, hal ini mencakup bagaimana seseorang menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana seharusnya manusia menggunakan nikmat Allah dengan penuh hikmah. Beliau selalu menggunakan rezeki yang diberikan Allah untuk kebaikan, tidak berlebih-lebihan, serta senantiasa berbagi kepada sesama. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah ridha kepada seorang hamba yang makan sesuatu lalu ia bersyukur kepada-Nya, dan minum sesuatu lalu ia bersyukur kepada-Nya.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa mensyukuri nikmat adalah bentuk penghambaan yang Allah cintai. Mensyukuri nikmat bisa dilakukan dengan hati, lisan, dan perbuatan, yaitu dengan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan.
Allah menutup ayat tentang nikmat-Nya dengan menyebut dua sifat-Nya, yaitu Maha Pengampun (Al-Ghafur) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim). Ada hikmah besar di balik pemilihan dua sifat ini. Sebagian besar manusia sering kali lalai dalam mensyukuri nikmat, bahkan terkadang menggunakan nikmat tersebut untuk keburukan. Namun, Allah tetap membuka pintu ampunan-Nya bagi mereka yang kembali dan bertaubat. Para ulama menjelaskan bahwa pengampunan Allah menandakan kelembutan-Nya terhadap hamba-Nya, sementara kasih sayang-Nya menunjukkan bahwa Allah tidak serta-merta menghukum manusia meskipun mereka lalai.
Dengan demikian, menyadari bahwa nikmat Allah tak terhitung banyaknya harus mendorong manusia untuk lebih bersyukur dan berhati-hati dalam menggunakannya. Sikap ini akan membawa keberkahan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Allah tidak hanya memberi nikmat, tetapi juga mengampuni kelalaian manusia dan tetap menyayangi mereka dengan memberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.