Al-Qur’an memberikan tuntunan hidup yang sangat runtut, lengkap, dan penuh keseimbangan. Salah satunya dapat ditemukan dalam Surat al-Jumu’ah ayat 10:
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”
Ayat ini mengandung pesan mendalam bahwa ibadah bukanlah sekadar aktivitas ritual yang berhenti di masjid. Justru setelah selesai menunaikan shalat, terutama shalat Jumat yang diwajibkan bagi kaum muslimin, manusia diarahkan untuk kembali ke dunia nyata dengan semangat baru: mencari karunia Allah yang tersebar luas di muka bumi.
Makna Wabtaghu min Fadhlillah Menurut Para Mufasir
Para ahli tafsir memberikan penjelasan yang beragam, namun saling melengkapi, tentang makna wabtaghu min fadhlillah (carilah karunia Allah).
-
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari karunia Allah adalah mencari rezeki melalui usaha yang halal. Setelah shalat, seorang muslim tidak boleh bermalas-malasan, tetapi dituntut untuk menjemput karunia Allah melalui perdagangan, pertanian, pekerjaan, atau aktivitas produktif lainnya.
-
Al-Qurthubi menambahkan bahwa ayat ini menunjukkan keseimbangan hidup. Manusia tidak boleh hanya sibuk dengan dunia lalu melupakan ibadah, begitu pula sebaliknya tidak boleh hanya beribadah tanpa berusaha. Islam datang untuk mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan kebutuhan material.
-
Fakhruddin ar-Razi menekankan bahwa kata fadhlillah tidak hanya terbatas pada rezeki materi, tetapi juga mencakup berbagai bentuk anugerah Allah: ilmu, kesehatan, kesempatan, hingga hubungan baik dengan sesama. Semua ini adalah karunia yang perlu dicari dengan kesungguhan dan kerja nyata.
Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa ibadah sejati bukanlah menjauh dari kehidupan dunia, melainkan menjadikan shalat sebagai bekal spiritual untuk lebih giat dan berkah dalam aktivitas keseharian.
Hubungan dengan Doa Keluar Masjid
Doa keluar masjid berbunyi:
“Allahummaftah lii abwaaba fadhlika”
(Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu karunia-Mu).
Penggunaan kata fadhl dalam doa ini sangat selaras dengan perintah dalam Surat al-Jumu’ah. Setelah beribadah di masjid, seorang muslim tidak langsung terlepas dari bimbingan Allah. Justru ia diminta untuk keluar dengan doa, berharap Allah membukakan jalan rezeki, kemudahan, dan keberkahan dalam setiap langkahnya di luar masjid.
Hal ini menunjukkan betapa runtutnya tuntunan Allah SWT. Ibadah di masjid menumbuhkan kekuatan spiritual, sementara doa keluar masjid menjadi ikatan batin agar aktivitas duniawi yang dilakukan berikutnya tetap dalam naungan rahmat Allah.
Bagaimana Mencapai Derajat Itu?
Tidak semua orang mampu secara mudah mencapai derajat sebagai hamba yang pandai menyeimbangkan ibadah dan usaha. Namun, ada beberapa cara yang diajarkan Islam agar seorang muslim bisa meraih kemuliaan tersebut:
-
Menjaga Niat yang Lurus
Aktivitas mencari rezeki bukan sekadar untuk kepentingan pribadi, melainkan diniatkan sebagai ibadah, untuk menafkahi keluarga, memberi manfaat kepada sesama, dan menjauhi ketergantungan pada orang lain. -
Berpegang pada Kehalalan
Karunia Allah yang dicari harus didapatkan dengan cara halal. Inilah inti dari wabtaghu min fadhlillah: mencari bukan sembarangan mencari, melainkan menjemput rezeki dengan etika yang diridai Allah. -
Konsistensi dalam Zikir dan Doa
Allah memerintahkan, “udzkurullaaha katsiran la’allakum tuflihuun” – perbanyaklah mengingat Allah agar kamu beruntung. Artinya, sekalipun bertebaran di muka bumi untuk berusaha, hati seorang muslim tetap terikat dengan Allah melalui zikir, doa, dan syukur. -
Bersikap Tawakal dan Syukur
Setelah berusaha, seorang muslim diperintahkan untuk bertawakal, meyakini bahwa hasil sepenuhnya berada di tangan Allah. Begitu pula ketika mendapatkan karunia, ia diajarkan untuk selalu bersyukur agar nikmat itu bertambah dan penuh berkah.
Penutup
Ayat tentang wabtaghu min fadhlillah dalam Surat al-Jumu’ah adalah gambaran indah keseimbangan hidup seorang muslim. Shalat melahirkan kekuatan spiritual, doa keluar masjid menjadi pengikat agar aktivitas duniawi selalu dalam bimbingan Ilahi, dan usaha mencari karunia Allah menjadi bentuk pengabdian nyata di dunia.
Dengan menjaga niat, memilih jalan halal, konsisten dalam zikir, serta menguatkan tawakal, manusia akan lebih mudah meraih derajat mulia: hamba yang tidak hanya taat dalam ibadah ritual, tetapi juga produktif, bermanfaat, dan diberkahi dalam kehidupan dunia.