Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Menjauhi Sifat Bakhil dan Menumbuhkan Kedermawanan

www.ibumengaji.com Dalam kehidupan, salah satu sifat yang harus ditinggalkan adalah bakhil. Secara bahasa, kata bakhil berasal dari bahasa Arab البخل yang berarti kikir atau pelit. Sedangkan secara istilah, bakhil adalah sifat enggan mengeluarkan harta atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain meskipun mampu untuk melakukannya. Sifat ini mencerminkan keegoisan dan ketidakpedulian terhadap sesama, yang pada akhirnya dapat merusak hubungan sosial dalam masyarakat.

Al-Qur’an dan hadits banyak mencela sifat bakhil. Dalam Surah Al-Hasyr ayat 9, Allah memuji orang-orang yang tidak bersifat kikir dan lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Sebaliknya, dalam Surah Al-Lail ayat 8-11, Allah mengingatkan bahwa orang yang bakhil akan menghadapi kesulitan di dunia dan akhirat. Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Jauhilah sifat bakhil, karena sifat bakhil telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat itu mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan yang haram.” (HR. Muslim)

Sifat bakhil harus ditinggalkan karena membawa dampak buruk dalam kehidupan sosial. Orang yang bakhil cenderung dijauhi oleh masyarakat karena sikapnya yang tidak peduli terhadap sesama. Selain itu, bakhil dapat menimbulkan ketimpangan sosial karena orang yang mampu enggan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Jika dibiarkan, sifat ini bisa memicu kesenjangan ekonomi, iri hati, dan perpecahan dalam masyarakat.

Sebagai lawan dari sifat bakhil, seseorang harus menumbuhkan sifat dermawan (sakhā’). Kedermawanan tidak hanya membawa keberkahan dalam hidup, tetapi juga menciptakan keharmonisan sosial. Dengan berbagi, seseorang dapat membantu sesama yang membutuhkan, mempererat tali persaudaraan, dan mendapatkan pahala dari Allah. Rasulullah ﷺ sendiri adalah teladan dalam kedermawanan, sebagaimana dalam hadits yang menyebutkan bahwa beliau adalah manusia paling dermawan, terutama di bulan Ramadhan.

Dengan meninggalkan sifat bakhil dan menggantinya dengan kedermawanan, seseorang tidak hanya mendapatkan kebahagiaan di dunia, tetapi juga di akhirat. Sifat ini akan menjadikan seseorang lebih dicintai oleh Allah dan manusia serta menciptakan masyarakat yang penuh kasih sayang dan tolong-menolong.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments