www.ibumengaji.com Meskipun tidak ada riwayat khusus mengenai asbabun nuzul (sebab turunnya) Qs. Ar-Ra’d : 28 ini, para ulama tafsir menjelaskan bahwa ayat ini datang sebagai jawaban atas kegelisahan yang sering dialami manusia dalam kehidupan mereka. Allah SWT mengingatkan bahwa obat untuk kegelisahan itu adalah dengan mengingat-Nya. Berdzikir atau mengingat Allah adalah kunci untuk mendapatkan ketenangan hati, terlepas dari kondisi duniawi yang kita hadapi.
Mengapa Berdzikir Membuat Hati Menjadi Tenteram?
Saat seseorang berdzikir kepada Allah, dia mengalihkan perhatiannya dari kesibukan dunia dan masalah yang membebaninya, serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dalam proses ini, seorang hamba merasakan kebesaran Allah, kasih sayang-Nya, dan keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam kehendak-Nya. Ketika hati seorang hamba diisi dengan keimanan dan kepasrahan kepada Allah, kekhawatiran dan ketakutan hilang, digantikan oleh rasa tenteram dan tenang.
Hati yang tenteram adalah hati yang merasa damai, tidak cemas berlebihan, dan merasa cukup dengan rahmat Allah. Ini terjadi karena seseorang percaya sepenuhnya bahwa Allah selalu ada untuknya, mendengar doanya, dan memberikan yang terbaik.
Indikator Hati yang Tenteram
Hati yang tenteram bukan sekadar perasaan tenang secara lahiriah, tetapi ada tanda-tanda khusus yang bisa diukur. Berikut adalah lima indikator hati yang tenteram:
- Ketenangan dalam beribadah
Seorang yang hatinya tenteram merasa ringan dan mudah untuk beribadah. Shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an menjadi bagian dari kesehariannya, bukan sebagai beban. Dia merasakan kedekatan dengan Allah dalam setiap aktivitas ibadah. - Kesabaran dalam menghadapi ujian
Hati yang tenteram tidak mudah terguncang ketika menghadapi cobaan. Dia mampu bersabar, memahami bahwa setiap ujian adalah bentuk kasih sayang dan ujian dari Allah. Ketenangan ini muncul dari keyakinan bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. - Kepasrahan kepada takdir Allah
Seorang yang hatinya tenteram memiliki sikap tawakkal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha. Dia yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah kehendak Allah dan untuk kebaikan dirinya, meskipun terkadang tidak langsung terlihat. - Berperilaku baik kepada sesama
Orang yang hatinya tenteram cenderung lebih tenang dan tidak mudah marah. Dia bisa bersikap sabar, lemah lembut, dan penuh kasih sayang kepada orang lain. Hati yang tenteram membuat seseorang lebih mudah untuk mengontrol emosinya dan lebih sering menunjukkan akhlak yang baik. - Kepuasan dengan apa yang dimiliki (qana’ah)
Hati yang tenteram adalah hati yang merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah. Tidak tergoda dengan kecemburuan terhadap orang lain atau ketidakpuasan dengan apa yang dimilikinya. Sifat qana’ah atau merasa cukup ini membuat seseorang tidak terjebak dalam keinginan duniawi yang tak ada habisnya.
Ketenangan hati dapat diraih dengan berdzikir kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28. Indikator-indikator hati yang tenteram mencakup ketenangan dalam beribadah, kesabaran, kepasrahan, perilaku baik, dan kepuasan dengan apa yang dimiliki. Semua ini menjadi tanda nyata bahwa hati seseorang berada dalam ketenangan yang hakiki, karena dia telah mendekatkan diri kepada Allah SWT.