www.ibumengaji.com Menurut Tafsīr As-Sa‘dī, ayat ini menjelaskan bahwa Allah memiliki kendali penuh atas hati manusia. Allah dapat menghalangi seseorang dari mengikuti keinginan hatinya, atau sebaliknya, menggerakkan hati kepada kebaikan dan hidayah. Karena itu manusia diperintahkan agar segera memenuhi seruan Allah dan Rasul sebelum hati dipalingkan dari hidayah karena kelalaian.
Dalam tafsīr Ibn Katsīr, ayat ini berarti bahwa Allah lebih dekat kepada seseorang daripada dirinya sendiri. Allah-lah yang menguasai dan menggerakkan hati, sehingga hamba tidak dapat beriman, beramal, atau bertaubat kecuali dengan taufik dan izin-Nya.
وَٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّ ٱللَّهَ یَحُولُ بَیۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦۙ وَأَنَّهُۥۤ إِلَیۡهِ تُحۡشَرُونَ
“Dan ketahuilah bahwa Allah menghalangi antara seseorang dan hatinya; dan bahwa kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan.”
Ulama tafsir menyebutkan bahwa ayat ini turun dalam konteks peringatan kepada kaum mukmin agar tidak menolak perintah Allah dan Rasul–khususnya perintah menuju jihad, ketaatan, dan hukum Islam.Tidak ada riwayat yang menyebutkan asbābun nuzūl khusus terkait peristiwa tertentu, tetapi ayat ini merupakan bagian dari rangkaian ayat yang menegur kaum mukmin agar tidak bersikap sebagaimana kaum munafik yang enggan taat. Jadi, ayat ini bersifat umum, sebagai peringatan untuk menjaga hati sebelum Allah memalingkannya.
Makna “Allah berada di antara seseorang dan hatinya”
Makna ini memiliki beberapa penjelasan ulama:
a. Allah menguasai hati sepenuhnya
Hati dapat berubah sewaktu-waktu; Allah yang menggenggamnya dan membolak-balikannya. Karena itu, manusia tidak bisa memastikan dirinya akan tetap dalam hidayah tanpa pertolongan Allah.
b. Allah dapat menghalangi seseorang dari keinginan hatinya
Terkadang seseorang ingin taubat, ingin istiqamah, ingin ibadah, tetapi Allah tidak menolongnya karena ia sebelumnya menolak seruan Allah. Ini adalah peringatan keras.
c. Allah lebih dekat kepada hamba dibanding dirinya sendiri
Artinya Allah mengetahui apa yang ada dalam hati, mengarahkannya, dan mengubahnya.
d. Perintah agar tidak menunda ketaatan
Karena hati berada dalam genggaman Allah, maka jangan menunda amal, jangan menunda taubat, dan jangan menolak panggilan agama. Jika Allah menutup hati seseorang, ia tidak akan mampu kembali.
Bagaimana Mengamalkan Petunjuk Ayat Ini?
-
Segera taati perintah Allah dan Rasul, tanpa menunda-nunda.
-
Minta taufik dan pertolongan Allah untuk menjaga hati.
-
Perbanyak doa tentang keteguhan hati, seperti doa Nabi ﷺ ini.
-
Menjaga hati dari maksiat, karena maksiat membuat hati keras sehingga Allah memalingkannya.
-
Bersungguh-sungguh menuntut ilmu, sebab ilmu adalah cahaya yang membuat hati stabil.
-
Bergaul dengan lingkungan yang baik, karena hati sangat mudah dipengaruhi.
-
Selalu bermuhasabah, mengevaluasi kondisi hati setiap hari.
Faedah Mengamalkan Doa Ini
-
Menjaga hati dari penyimpangan
Hati yang sering berdoa akan mendapat penjagaan Allah sehingga tidak mudah digelincirkan oleh syahwat dan syubhat. -
Memperoleh keteguhan iman
Doa ini adalah sebab istiqamah, karena Rasulullah saja berdoa seperti ini, apalagi kita yang lemah. -
Membersihkan hati dari penyakit
Seperti riya’, iri, sombong, cinta dunia berlebihan. -
Mendapat taufik melakukan ketaatan
Hati diarahkan kepada amal-amal baik, sehingga ibadah menjadi lebih mudah dan ringan. -
Terhindar dari penyesalan akibat kerasnya hati
Orang yang hati dipalingkan Allah tidak akan mampu kembali, maka doa ini menjaga diri dari kehilangan hidayah. -
Mendekatkan diri kepada Allah
Sebab doa adalah bentuk pengakuan bahwa kita lemah dan sangat bergantung pada Allah. -
Menghidupkan rasa takut dan harap
Takut jika hati dipalingkan, berharap agar Allah meneguhkan iman.