www.ibumengaji.com “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku satu perkataan dalam Islam, yang aku tidak akan bertanya lagi kepada seorangpun selain engkau. Beliau SAW bersabda : katakanlah : “Aku beriman kepada Allah, kemudian Istiqamahlah” Hadits ini berasal dari Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu. Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi adalah salah satu sahabat Nabi ﷺ yang berasal dari suku Tsaqif di Tha’if. Beliau termasuk di antara sahabat yang masuk Islam setelah penaklukan Tha’if. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa beliau pernah menjadi gubernur di wilayah Tha’if pada masa Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Sufyan dikenal sebagai sahabat yang memiliki ketakwaan tinggi, kecerdasan, dan semangat dalam menuntut ilmu dari Rasulullah ﷺ.
Beriman kepada Allah adalah inti dari ajaran Islam. Ini mencakup keyakinan bahwa:
- Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah (Tauhid Uluhiyah).
- Allah memiliki nama dan sifat yang sempurna (Tauhid Asma wa Sifat).
- Allah adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, dan pengatur alam semesta (Tauhid Rububiyah).
Keimanan kepada Allah bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi juga keyakinan dalam hati yang harus diwujudkan dalam amal perbuatan sehari-hari.
Ketika seseorang memiliki keimanan yang kuat kepada Allah, dampaknya akan terasa dalam aspek berikut:
-
Dalam Niat
- Segala amal dan ibadah dilakukan hanya karena Allah dan bukan karena riya’ atau ingin dipuji.
- Keikhlasan menjadi pendorong utama dalam setiap tindakan.
-
Dalam Ucapan
- Lisannya senantiasa mengucapkan kebenaran dan menjauhi kebohongan.
- Memperbanyak dzikir, doa, dan perkataan yang baik.
- Tidak menyakiti orang lain dengan ucapan, seperti ghibah dan fitnah.
-
Dalam Perbuatan
-
- Menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
- Menjalankan ibadah dengan penuh kesungguhan
- Bersikap jujur, adil, dan berakhlak mulia dalam interaksi dengan sesama.
Dengan kata lain, keimanan yang benar akan melahirkan pribadi yang bertakwa, berakhlak baik, dan senantiasa berusaha mencari ridha Allah dalam setiap aspek kehidupannya.
Istiqamah berasal dari kata qaama (قَامَ) yang berarti tegak atau lurus. Dalam konteks agama, istiqamah berarti berpegang teguh pada jalan yang benar, yaitu tetap berada dalam ketaatan kepada Allah dengan konsisten tanpa menyimpang.
Setelah seseorang diberikan keimanan oleh Allah, ia harus berusaha untuk tetap istiqamah. Berikut beberapa cara agar bisa istiqamah:
-
Memperdalam Ilmu Agama
- Memahami Al-Qur’an dan hadits dengan benar.
- Mempelajari kisah para sahabat yang istiqamah dalam keimanan.
-
Menjaga Hubungan dengan Allah (Ibadah yang Konsisten)
- Shalat lima waktu dengan khusyuk dan tepat waktu.
- Memperbanyak dzikir dan doa agar hati selalu terjaga.
-
Menjauhi Lingkungan yang Buruk
- Berusaha bergaul dengan orang-orang yang shalih agar senantiasa terdorong dalam kebaikan.
- Menghindari tempat dan perbuatan yang bisa melemahkan iman.
-
Mengendalikan Hawa Nafsu dan Syahwat
- Tidak mudah tergoda dengan kesenangan dunia yang bisa menjauhkan dari Allah.
- Menerima segala ujian dengan sabar dan ridha.
-
Berdoa agar Diberikan Keteguhan Hati
Rasulullah ﷺ sering berdoa:
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, seseorang bisa menjaga keimanannya tetap kuat dan tidak mudah tergoda oleh godaan dunia.