www.ibumengaji.com Dalam kehidupan seorang muslim, doa bukan sekadar rangkaian kata yang diucapkan kepada Allah, tetapi juga cermin harapan terdalam seorang hamba tentang kehidupan yang ingin ia jalani. Salah satu doa yang sering dibaca dan banyak beredar di tengah masyarakat adalah permohonan: “Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang baik ingatannya, baik perilakunya, dan pahalanya tetap mengalir semasa hidup maupun setelah meninggal.” Meskipun doa ini bukan teks hadits yang ma’tsur dari Nabi Muhammad ﷺ, maknanya mengandung pesan spiritual yang sangat kuat dan selaras dengan nilai-nilai Islam.
Pertama, doa ini mengingatkan kita tentang pentingnya memiliki “nama baik”. Dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim عليه السلام memohon kepada Allah agar diberi “lisan yang jujur” di kalangan generasi setelahnya. Ini menunjukkan bahwa memiliki reputasi baik bukanlah tujuan duniawi semata, tetapi bagian dari warisan iman yang ingin ditinggalkan seorang mukmin. Nama baik lahir dari akhlak yang luhur, integritas dalam bersikap, serta keteladanan yang menjadikan seseorang dikenang dengan kebaikannya. Dengan demikian, permohonan agar Allah menjadikan kita termasuk orang yang “baik ingatannya” sesungguhnya merupakan ajakan untuk membangun karakter yang terhormat di mata Allah dan manusia.
Kedua, isi doa ini menekankan pentingnya akhlak mulia. Rasulullah ﷺ dikenal sebagai teladan akhlak yang paling sempurna, dan beliau sering berdoa agar dikaruniai budi pekerti yang indah. Ketika doa di atas memohon agar Allah memperbaiki perilaku kita, itu berarti kita sedang meminta agar hati, ucapan, dan tindakan kita selalu selaras dengan nilai-nilai Islam. Akhlak yang baik bukan hanya membuat hidup menjadi lebih damai, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan seseorang dengan cinta Allah dan simpati manusia. Inilah modal dasar agar kebaikan seseorang dikenang jauh setelah ia meninggalkan dunia.
Ketiga, permintaan agar pahala terus mengalir setelah kematian mengingatkan kita pada konsep amal jariyah. Dalam hadits sahih disebutkan bahwa amal manusia terputus setelah meninggal kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya. Doa ini mendorong kita untuk menciptakan karya dan kontribusi yang manfaatnya tidak berhenti ketika hayat berhenti. Apa pun bentuknya—baik ilmu, perbuatan baik, dakwah, sedekah, maupun kebaikan-kebaikan kecil yang berbuah besar—semua dapat menjadi bekal yang terus mengalirkan pahala.
Walaupun doa tersebut bukanlah hadits Rasulullah ﷺ, ia tetap boleh diamalkan sebagai doa bebas selama tidak disandarkan kepada Nabi. Dalam Islam, seseorang boleh berdoa dengan kata-kata apa pun yang baik, selama tidak mengandung makna yang bertentangan dengan syariat. Justru doa seperti ini membantu kita menata orientasi hidup: bukan sekadar menumpuk prestasi dunia, melainkan menanam amal yang kekal di sisi Allah.
Pada akhirnya, doa ini menyadarkan kita bahwa hidup yang bermakna adalah hidup yang meninggalkan jejak kebaikan. Ia mengajarkan bahwa karakter mulia adalah akar dari nama baik, dan amal jariyah adalah sumber pahala yang tidak akan pernah putus. Dengan memohon hal ini kepada Allah, kita diarahkan untuk menjadi pribadi yang bermanfaat selama hidup, serta tetap memberi cahaya kepada sesama bahkan setelah kita tiada. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang meninggalkan jejak kebaikan yang abadi. Amin.