www.ibumengaji.com Rabu, 4 Juni 2025 telah dilaksanakan Pengajian Gabungan PIM3 Yayasan Ibu Indonesia Mengaji Kapanewon Jetis, Bantul, yang menjadi ajang silaturahim dan konsolidasi antaranggota PIM3 se-Kapanewon. Kegiatan ini bertempat di kelompok PIM3 Dusun Beji, Sumberagung, Jetis, dan diisi oleh Ustadzah Trianawati Nunung Bintari. Dalam pengajian tersebut, beliau menyampaikan kajian seputar tema keluarga dan pendidikan anak, yang sangat relevan dengan peran strategis ibu dalam membentuk generasi sholih dan sholihah.
Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia
Ustadzah Trianawati menyampaikan pentingnya mendidik anak sesuai dengan tahap perkembangannya, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai literatur Islam dan pendidikan modern. Dalam Islam, terdapat kaidah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA:
“Bermainlah dengan anakmu selama tujuh tahun pertama, didiklah dia tujuh tahun berikutnya, dan jadikanlah dia sebagai sahabat selama tujuh tahun setelahnya.”
Prinsip ini sejalan dengan pembagian fase perkembangan anak:
-
Usia 0–7 tahun (Fase Bermain dan Menanamkan Cinta)
Pada usia ini, anak membutuhkan kasih sayang, keamanan, dan teladan. Pendidikan dilakukan melalui permainan, dongeng, dan kebiasaan baik. Orang tua diharapkan menjadi figur penyayang, sabar, dan penuh perhatian. -
Usia 7–14 tahun (Fase Disiplin dan Pembentukan Karakter)
Anak mulai mampu menerima aturan dan didisiplinkan. Inilah saat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai agama, akhlak, tanggung jawab, dan disiplin. Salat, membaca Al-Qur’an, serta adab terhadap orang tua dan guru mulai diajarkan secara konsisten. -
Usia 14–21 tahun (Fase Persahabatan dan Dialog)
Pada fase ini, anak mulai mencari identitas dan memerlukan peran orang tua sebagai sahabat dan pembimbing. Pendekatan dialogis lebih efektif dibanding perintah. Pendidikan diarahkan pada penguatan akidah, cita-cita, dan tanggung jawab sosial.
Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim AS
Ustadzah juga mengaitkan tema ini dengan kisah keluarga Nabi Ibrahim AS, Sayyidah Hajar, dan Nabi Ismail AS, sebagai contoh pendidikan keluarga yang sukses melahirkan anak sholih.
Ketika Nabi Ibrahim AS mendapat perintah Allah untuk meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya yang masih bayi, Ismail, di tengah padang tandus Mekah, Sayyidah Hajar menunjukkan kepasrahan dan keyakinan penuh pada perintah Allah. Ia berkata:
“Jika ini perintah Allah, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Dari sini terlihat bahwa pondasi tauhid dan keimanan yang kokoh telah ditanamkan sejak dini kepada Ismail. Ketika Ismail tumbuh dan Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail menjawab dengan tegar:
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS Ash-Shaffat: 102)
Jawaban ini mencerminkan buah pendidikan tauhid dan keteladanan dari kedua orang tuanya. Ismail tumbuh sebagai anak yang taat, sabar, dan rela berkorban demi ketaatan kepada Allah.
Penutup
Melalui pengajian ini, para ibu anggota PIM3 diajak untuk merenungkan kembali peran strategis keluarga, khususnya ibu, dalam membentuk karakter anak sesuai fase usianya, serta menjadikan keluarga Ibrahim AS sebagai teladan dalam membina generasi beriman dan berakhlak mulia. Pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi tentang menanamkan iman, akhlak, dan adab sejak dini.
Semoga melalui kegiatan seperti ini, terbangun sinergi dan semangat dalam mendidik anak-anak menjadi generasi Qur’ani yang membanggakan dunia dan akhirat. Aamiin.