www.ibumengaji.com Dalam khazanah Al-Qur’an, ada fenomena unik yang selalu menarik perhatian para pembaca dan ahli tafsir: huruf-huruf pembuka di awal beberapa surat. Dalam tradisi keilmuan Islam, huruf-huruf ini dikenal dengan istilah Fawātiḥus-Suwar.
Apa Itu Fawātiḥus-Suwar?
Secara bahasa, fawātiḥus-suwar (فواتح السور) berasal dari dua kata:
Fawātiḥ: bentuk jamak dari fātiḥah yang berarti “pembuka”.
Suwar: bentuk jamak dari sūrah yang berarti “surat”.
Jadi, fawātiḥus-suwar berarti “pembuka-pembuka surat”, yaitu huruf-huruf tertentu yang mengawali beberapa surat dalam Al-Qur’an sebelum masuk ke isi ayat.
Surat-Surat yang Mengandung Fawātiḥus-Suwar
Terdapat 29 surat dalam Al-Qur’an yang diawali dengan huruf-huruf ini. Beberapa contoh surat beserta awalan hurufnya:
Surat | Awalan Huruf |
---|---|
Al-Baqarah | الم (Alif Lam Mim) |
Ali ‘Imran | الم (Alif Lam Mim) |
Al-A’raf | المص (Alif Lam Mim Sad) |
Yunus | الر (Alif Lam Ra) |
Maryam | كهيعص (Kaf Ha Ya ‘Ain Sad) |
Thaha | طه (Tha Ha) |
Ya Sin | يس (Ya Sin) |
Sad | ص (Sad) |
Qaf | ق (Qaf) |
Al-Qalam | ن (Nun) |
Selain itu, ada pula surat-surat seperti Asy-Syu’ara, An-Naml, Al-Qasas, Ghafir, dan lainnya, yang menggunakan kombinasi huruf seperti حم (Ha Mim) atau طسم (Tha Sin Mim).
Bagaimana Cara Membaca Fawātiḥus-Suwar?
Membaca huruf-huruf ini memiliki aturan khusus:
Setiap huruf dibaca satu per satu, bukan sebagai satu kata.
Mayoritas huruf dibaca dengan nama huruf hijaiyah secara lengkap.
Contoh:الم → Alif (ألف), Lam (لام), Mim (ميم).
كهيعص → Kaf (كاف), Ha (ها), Ya (يا), ‘Ain (عين), Sad (صاد).
Catatan penting:
Dalam ilmu tajwid, huruf-huruf fawātiḥus-suwar dibaca dengan memperhatikan nama hurufnya (bukan dilafalkan seperti suku kata), yakni pada huruf-huruf yang tidak diberikan harakat. Selain itu, harus diterapkan kaidah tajwid secara tepat, seperti hukum mad (perpanjangan suara), idhzhar (pengucapan jelas), ikhfa’ (pengucapan samar), idgham (penggabungan suara), membunyikan Qalqalah (huruf yang suaranya mantul bila disukun)
Apa Makna Huruf-Huruf Ini?
Inilah bagian yang paling misterius dan menjadi bahan diskusi ulama sepanjang masa. Menurut para pakar tafsir, ada beberapa pandangan tentang makna fawātiḥus-suwar:
1. Rahasia Allah
Banyak ulama berpendapat bahwa huruf-huruf ini adalah rahasia Allah yang tidak diketahui maknanya kecuali oleh-Nya.
Dalam Tafsir Al-Qurtubi, disebutkan:
“Adapun huruf-huruf ini, menurut sebagian besar ulama, adalah rahasia yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Ini menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an terdapat hal-hal yang tersembunyi dari akal manusia.” (Tafsir Al-Qurtubi, 1/155)
2. Tantangan Bahasa
Sebagian mufassir seperti Al-Zamakhsyari dalam Al-Kasysyaf menjelaskan bahwa huruf-huruf ini adalah bentuk tantangan kepada orang Arab: bahwa Al-Qur’an terdiri dari huruf-huruf biasa, namun tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya.
Al-Zamakhsyari berkata:
“Allah membuka surat-surat dengan huruf-huruf ini untuk menunjukkan bahwa Al-Qur’an yang luar biasa ini tersusun dari huruf-huruf yang mereka kenal, namun tetap mereka tidak mampu membuat yang serupa.” (Al-Kasysyaf, 1/30)
3. Menarik Perhatian
Sebagian lainnya berpendapat bahwa huruf-huruf ini berfungsi untuk menarik perhatian pendengar, terutama pada masa awal dakwah Islam.
Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir:
“Huruf-huruf ini menarik perhatian orang-orang musyrik yang mendengar, sehingga mereka menjadi diam dan mendengarkan kelanjutan bacaan Al-Qur’an.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/39)
4. Simbol Makna Tersembunyi
Pendapat lain, khususnya dari kalangan sufi, menafsirkan huruf-huruf ini sebagai simbol dari rahasia kosmik atau representasi sifat-sifat ilahiyah. Namun, penafsiran ini cenderung lebih metaforis dan tidak menjadi arus utama dalam tafsir klasik.
Penutup
Fawātiḥus-suwar tetap menjadi bagian yang penuh misteri sekaligus menunjukkan keagungan Al-Qur’an. Baik dipahami maknanya ataupun tidak, huruf-huruf ini mengajarkan kepada umat Islam tentang adab menghadapi firman Allah: tunduk, ta’zim, dan penuh rasa ingin tahu yang tulus.
Membaca huruf-huruf ini dengan benar adalah bentuk penghormatan kita terhadap kesucian Al-Qur’an. Memahami atau sekadar mengagumi keindahan dan keunikan fawātiḥus-suwar merupakan bagian dari perjalanan ruhani seorang Muslim untuk mendekat kepada kalam Ilahi.