www.ibumengaji.com Bersyukur merupakan salah satu sikap hati yang diperintahkan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya. Secara bahasa, syukur berarti “terima kasih” atau “mengakui kebaikan.” Dalam pengertian syariat, bersyukur adalah mengakui nikmat yang Allah berikan dengan hati, lisan, dan perbuatan. Hati mengakui bahwa segala karunia berasal dari Allah, lisan memuji-Nya dengan ucapan hamdalah, sedangkan perbuatan menggunakan nikmat tersebut pada jalan yang diridhai Allah. Dengan demikian, syukur bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga sikap hidup yang nyata.
Mengapa kita perlu bersyukur? Karena setiap detik hidup kita dipenuhi dengan nikmat Allah yang tak terhitung. Nikmat sehat, waktu luang, iman, keluarga, rezeki, udara yang kita hirup, hingga detak jantung yang terus berdenyut adalah anugerah yang tidak mampu kita balas. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34). Maksud ayat ini adalah bahwa nikmat Allah begitu luas, berlapis-lapis, dan sering kali tersembunyi dalam hal-hal kecil yang tak kita sadari. Kita hanya menyadari sebagian kecil saja, padahal seluruh hidup kita bergantung pada karunia-Nya.
Kesadaran ini semestinya melahirkan sikap syukur yang mendalam. Orang yang bersyukur akan lebih tenang, tidak mudah mengeluh, serta mampu melihat kehidupan dengan sudut pandang positif. Bersyukur juga menjadi sebab bertambahnya nikmat. Allah menegaskan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Artinya, syukur bukan hanya kewajiban, tetapi juga kunci rezeki dan kebahagiaan.
Namun dalam praktiknya, tidak semua orang mudah untuk senantiasa bersyukur. Kesibukan, ambisi, atau rasa tidak puas sering membuat manusia lupa menghargai karunia yang sudah ada. Agar kita lebih mudah menumbuhkan rasa syukur, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, di antaranya:
-
Mengingat nikmat kecil sekalipun. Biasakan menyadari hal-hal sederhana seperti udara segar, air minum, atau kesempatan beristirahat.
-
Membiasakan dzikir dan hamdalah. Ucapkan alhamdulillah dalam berbagai kesempatan agar hati selalu ingat pada Sang Pemberi Nikmat.
-
Membandingkan diri dengan yang lebih kurang. Rasulullah SAW mengajarkan untuk melihat orang yang berada di bawah kita dalam hal dunia, agar kita lebih menghargai karunia Allah.
-
Mencatat nikmat harian. Menulis tiga hal yang disyukuri setiap hari dapat melatih hati lebih peka.
-
Menggunakan nikmat di jalan yang benar. Sehat untuk beribadah, harta untuk sedekah, ilmu untuk mengajar—itulah bentuk syukur nyata.
-
Menjauhi sifat mengeluh berlebihan. Gantilah keluhan dengan doa dan ikhtiar, karena keluhan hanya mengurangi rasa syukur.
-
Mendekatkan diri kepada Allah. Dengan shalat, doa, dan tilawah, hati akan lebih mudah ingat kepada Sang Pemberi nikmat.
-
Berbagi dengan sesama. Ketika kita memberi, hati merasa cukup dan sadar bahwa kita telah menerima lebih dari cukup.
Pada akhirnya, bersyukur adalah cermin keimanan. Semakin kita bersyukur, semakin lapang hati menerima takdir, semakin ringan menjalani ujian, dan semakin besar peluang meraih kebahagiaan. Hidup bukan soal seberapa banyak yang kita punya, melainkan seberapa dalam kita menghargai apa yang Allah titipkan. Dengan syukur, kita bukan hanya menikmati nikmat, tetapi juga menjaga keberkahan di dalamnya.