Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Bacaan I’tidal: Rifa‘ah bin Rafi‘

www.ibumengaji.com Sahabat mulia yang dikenal membaca kalimat “hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih” ketika bangkit dari ruku’ adalah Rifa‘ah bin Rafi‘ bin Malik al-Anshari al-Badri. Beliau termasuk dari kalangan Anshar, suku Khazraj, yang ikut hadir dalam Bai‘at Aqabah dan turut membela Rasulullah ﷺ sejak awal hijrah. Julukan “al-Badri” menunjukkan bahwa beliau ikut serta dalam Perang Badar, peperangan besar pertama kaum Muslimin yang sangat menentukan sejarah dakwah Islam.

Rifa‘ah bin Rafi‘ adalah sosok yang sangat mencintai ibadah, khususnya shalat. Beliau dikenal tekun mengikuti setiap gerakan dan bacaan Nabi ﷺ, sehingga ketika ada momen penting dalam shalat, beliau mampu memberikan contoh bagi umat. Kisah bacaan beliau saat i’tidal menjadi salah satu riwayat masyhur yang sampai kepada kita melalui hadits shahih.

Kisah Bacaan Saat I’tidal

Diriwayatkan oleh al-Bukhari (Hadits no. 799) dan Muslim (Hadits no. 600), Rifa‘ah bin Rafi‘ pernah shalat di belakang Rasulullah ﷺ. Ketika Nabi bangkit dari ruku’ dan mengucapkan:

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Sami‘allahu liman hamidah”
(Allah mendengar orang yang memuji-Nya)

Maka Rifa‘ah bin Rafi‘ menjawab:

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Rabbanaa wa laka al-hamdu, hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih”
(Ya Rabb kami, bagi-Mu segala puji, pujian yang banyak, baik, dan penuh berkah)

Setelah shalat, Rasulullah ﷺ bertanya: “Siapa tadi yang mengucapkan kalimat itu?” Rifa‘ah menjawab: “Saya, wahai Rasulullah.”

Rasulullah ﷺ lalu bersabda:

“Aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berebut mencatatnya lebih dulu.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Makna dan Keutamaan Bacaan Ini

Kalimat “hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih” memiliki makna yang dalam:

  • Hamdan: Pujian yang penuh syukur dan pengagungan kepada Allah.

  • Katsiran: Dalam jumlah yang tak terhitung, menunjukkan kelimpahan.

  • Thayyiban: Pujian yang murni, baik, dan suci.

  • Mubarakan fiih: Mengandung keberkahan yang terus-menerus.

Bacaan ini menunjukkan keikhlasan hati dan kesempurnaan pujian kepada Allah. Keistimewaannya terlihat dari reaksi para malaikat yang berlomba mencatatnya, seakan bacaan itu adalah mutiara langka yang harus segera diabadikan.

Pelajaran yang Bisa Diambil

  1. Bacaan I’tidal shahabat yang dibenarkan Rasulullah
    Rifa‘ah bin Rafi‘ menambahkan pujian kepada Allah tanpa keluar dari batasan syariat, dan Rasulullah ﷺ membenarkan serta memuji hal tersebut. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam beribadah selama tidak bertentangan dengan tuntunan Nabi.

  2. Keutamaan Memperindah Dzikir
    Semakin indah dan penuh makna dzikir kita, semakin besar pahala yang dicatat oleh para malaikat.

  3. Kesempatan Meraih Keutamaan di Setiap Gerakan Shalat
    Momen i’tidal sering kali dianggap singkat, namun ternyata bisa menjadi ladang pahala besar jika diisi dengan dzikir yang penuh keikhlasan.

Penutup

Kisah Rifa‘ah bin Rafi‘ al-Anshari ini menjadi pengingat bahwa di setiap detik ibadah kita, selalu ada peluang untuk meraih pahala besar. Bacaan “hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih” adalah salah satu warisan indah dari para sahabat yang patut kita amalkan, khususnya ketika i’tidal, agar shalat kita semakin khusyuk dan penuh keberkahan.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments