Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

QS. At-Taubah Ayat 51: Keyakinan dan Keteguhan dalam Tawakal kepada Allah

www.ibumengaji.com Untuk ayat ke-51 ini, para ulama tafsir seperti Imam As-Suyuthi dalam Lubabun Nuqul tidak menyebutkan asbabun nuzul yang bersifat khusus. Namun secara umum, ayat ini turun berkenaan dengan kondisi kaum muslimin ketika menghadapi peperangan, khususnya dalam konteks Perang Tabuk. Pada saat itu, sebagian orang munafik berusaha menakut-nakuti kaum muslim agar tidak berangkat berperang. Mereka berkata bahwa keluar menuju Tabuk hanyalah membawa bencana dan kesulitan. Maka turunlah ayat ini sebagai bentuk penegasan bahwa musibah atau kemenangan tidak akan datang kecuali dengan izin dan ketetapan Allah.

Secara lebih luas, surat At-Taubah sendiri memiliki latar yang sangat kuat dalam sejarah dakwah Islam. Surat ini juga dikenal dengan nama Bara’ah, yang berarti “pemutusan hubungan”, karena di dalamnya terdapat pernyataan pemutusan perjanjian dengan kaum musyrikin yang telah berkhianat terhadap perjanjian damai. Surat ini disebut At-Taubah (taubat) karena banyak mengandung ayat-ayat yang berbicara tentang ampunan Allah bagi orang-orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Ia menjadi surat yang menggambarkan ketegasan Islam terhadap kemunafikan sekaligus kelembutan Allah bagi mereka yang ingin kembali kepada-Nya.


قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya:
Katakanlah, “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami; Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah [9]: 51)

Ayat ini merupakan salah satu pernyataan tegas yang meneguhkan hati kaum mukmin agar memiliki keyakinan yang kokoh terhadap ketentuan Allah. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk menegaskan kepada umatnya bahwa tidak ada satu pun musibah, ujian, ataupun takdir yang menimpa manusia kecuali sudah tertulis dan ditetapkan oleh Allah. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini berjalan di bawah kekuasaan dan ilmu Allah yang Maha Luas. Karena itu, seorang mukmin harus memiliki keimanan dan ketenangan hati, sebab ia menyadari bahwa di balik setiap peristiwa selalu ada hikmah dan kebaikan yang Allah kehendaki.

Makna dan Hikmah QS. At-Taubah: 51

Ayat ini membawa pesan ketenangan dan kekuatan spiritual bagi setiap mukmin. Dalam kehidupan, manusia sering dihadapkan pada ketidakpastian—musibah, kegagalan, penyakit, atau kesulitan hidup. Namun seorang mukmin sejati tidak akan goncang menghadapi semua itu karena ia sadar bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah sejak dahulu. Keyakinan inilah yang disebut dengan iman kepada takdir (qadha dan qadar), yang merupakan salah satu pilar keimanan dalam Islam.

Ketika Allah berfirman “Huwa mawlāna”Dialah pelindung kami, ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya menentukan takdir, tetapi juga menjaga dan melindungi hamba-hamba-Nya. Seorang mukmin yang meyakini hal ini akan senantiasa merasa aman dan tenteram, sebab ia tahu bahwa pelindungnya adalah Zat yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Tidak ada kekuatan apa pun yang dapat mengalahkan perlindungan Allah.

Selanjutnya, penutup ayat ini “wa ‘alallāhi falyatawakkalil mu’minūn” menegaskan bahwa tawakal merupakan tanda keimanan yang sejati. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan ikhtiar dengan sungguh-sungguh. Tawakal adalah bentuk ketenangan hati setelah usaha maksimal, sebab ia yakin bahwa hasil terbaik selalu datang dari Allah, meski terkadang tidak sesuai dengan keinginan manusia.

Penutup

QS. At-Taubah ayat 51 menjadi cermin bagi setiap muslim agar senantiasa menata hati dan memperkuat keyakinan terhadap ketentuan Allah. Dalam ayat ini, tersimpan kekuatan besar untuk menenangkan jiwa yang gelisah dan melemah. Tidak ada satu pun yang menimpa kita kecuali telah digariskan dengan penuh hikmah oleh Allah. Maka, jika ujian datang, hendaklah kita bersabar. Jika nikmat diberikan, hendaklah kita bersyukur. Dan dalam setiap keadaan, hendaklah kita bertawakal sepenuhnya kepada Allah yang Maha Melindungi. Dengan keyakinan ini, hidup akan terasa ringan, karena setiap langkah selalu berada di bawah naungan kasih dan ketetapan-Nya yang sempurna.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments