www.ibumengaji.com Dalam kehidupan yang penuh ketidakpastian, manusia sering kali menggantungkan harapan dan kebutuhan pada sesamanya. Namun, nasihat bijak dari seorang ulama besar, Sofyan Ats-Tsaury, mengingatkan kita pada orientasi ketergantungan yang hakiki. Beliau berkata, “Hendaklah kamu tidak bergantung pada semua manusia. Utarakanlah kebutuhanmu kepada-NYA yang tidak pernah merasa bahwa kebutuhan itu besar.” Pesan singkat ini bukan sekadar kata-kata motivasi, melainkan sebuah fondasi keyakinan yang dalam, yang bersumber dari ajaran Islam.
Biografi dan Peran Sofyan Ats-Tsaury dalam Dakwah
Abu Abdullah Sofyan bin Sa’id bin Masruq Ats-Tsaury (97-161 H/716-778 M) adalah seorang imam, ahli hadits, dan fakih yang berasal dari Kufah. Ia dijuluki Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin Orang-Orang Beriman dalam Ilmu Hadits), sebuah gelar prestisius yang menunjukkan kedalaman ilmunya dan kredibilitasnya sebagai perawi. Hidup pada masa keemasan Islam, Sofyan Ats-Tsaury dikenal dengan ketakwaan, kesalehan, dan kezuhudannya yang luar biasa. Ia menjauhi kehidupan duniawi dan menolak kedekatan dengan penguasa untuk menjaga independensi ilmunya.
Perannya dalam dunia dakwah sangatlah sentral. Sebagai seorang ulama terkemuka, ia menjadi pusat rujukan ilmu. Ribuan murid belajar darinya, menyebarkan hadits dan pengetahuannya ke seluruh penjuru dunia Islam. Metode dakwahnya lebih menekankan pada keteladanan perilaku (dakwah bil hal). Kehidupan zuhudnya, keteguhannya dalam menegakkan kebenaran, dan independensinya dari penguasa menjadi pesan dakwah yang hidup. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mempraktikkan sikap tidak bergantung pada makhluk, yang tercermin dalam nasihatnya yang masyhur tersebut.
Kesesuaian dengan Al-Qur’an dan Hadits
Nasihat Sofyan Ats-Tsaury ini sangat selaras dengan pesan-pesan utama dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Prinsip untuk tidak bergantung pada manusia dan hanya bersandar kepada Allah adalah esensi dari tauhid dan tawakal.
-
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati.” (QS. Al-Furqan: 58). Ayat ini mengalihkan ketergantungan kita dari makhluk yang fana kepada Sang Pencipta yang Maha Kekal.وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3). Janji Allah ini menjadi jaminan bagi siapa saja yang mewujudkan sikap tidak bergantung pada selain-Nya. -
Dalam Hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Andai kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini menggambarkan bahwa usaha harus tetap dilakukan, tetapi hati tidak boleh bergantung pada usaha itu, melainkan pada Allah yang mengatur segala hasilnya.
Perkataan Sofyan, “kepada-NYA yang tidak pernah merasa bahwa kebutuhan itu besar,” mencerminkan keyakinan akan Kemahaluasan Allah. Tidak ada permintaan yang terlalu berat atau terlalu sepele bagi Allah, karena kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu.
Memahami dan Memaknai dalam Kehidupan Sehari-hari
Memahami dan mempraktikkan nasihat ini memerlukan perjalanan spiritual dan intelektual.
-
Memahami Sifat Manusia vs. Sifat Allah: Manusia pada dasarnya terbatas. Mereka memiliki kekurangan, bisa lupa, memiliki kepentingan sendiri, dan kuasanya sangat terbatas. Bergantung pada manusia akan mudah berujung pada kekecewaan. Sebaliknya, Allah Maha Kaya, Maha Kuasa, Maha Mendengar, dan Maha Pengasih. Kebutuhan kita, sebesar apa pun, tidak akan mengurangi kekayaan-Nya sedikit pun.
-
Praktik dalam Kehidupan:
-
Mengubah Pola Pikir: Mulailah dengan selalu mengingat bahwa setiap hela nafas dan setiap langkah kita bergantung pada izin Allah. Saat memiliki kebutuhan atau masalah, biasakan hati dan lisan untuk berdoa terlebih dahulu sebelum meminta kepada manusia.
-
Berusaha dan Bertawakal: Islam tidak melarang kita untuk berusaha dan meminta bantuan manusia. Namun, esensinya adalah di mana kita meletakkan ketergantungan hati. Lakukan ikhtiar semaksimal mungkin, tetapi sandarkan hasilnya hanya kepada Allah. Bekerjalah seolah-olah segala sesuatu bergantung pada usahamu, dan bertawakkallah seolah-olah segala sesuatu bergantung pada Allah.
-
Mengutamakan Doa: Jadikan doa sebagai senjata andalan. Angkatlah segala kebutuhan, baik yang kecil maupun yang besar, langsung kepada Allah. Yakinlah bahwa tidak ada yang sia-sia dalam berdoa kepada-Nya.
-
Dengan demikian, nasihat Sofyan Ats-Tsaury ini mengajak kita untuk membebaskan diri dari perbudakan psikologis kepada sesama makhluk dan hanya menjadi hamba yang tunduk dan bergantung kepada Sang Khaliq. Ini adalah jalan menuju kemerdekaan hati dan ketenangan jiwa yang sejati, karena kita percaya bahwa segala urusan kita berada di tangan Zat yang Maha Besar dan Maha Pengasih.