Yayasan Ibu Mengaji Indonesia

Keutamaan Dzikir Sesudah Shalat: Pelajaran dari Hadits Abu Hurairah

www.ibumengaji.com Hadits tentang orang-orang miskin yang datang menghadap Nabi ﷺ ini diriwayatkan oleh sahabat mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Dalam riwayat Shahih Bukhari (no. 843), beliau menyampaikan kisah bagaimana kaum fakir dari kalangan Muhajirin merasa “kalah” oleh kaum kaya dalam hal pahala, karena orang-orang kaya dapat menambah amal dengan sedekah, haji, dan jihad. Mereka melaksanakan shalat dan puasa sama seperti kaum miskin, namun memiliki kelebihan dalam ibadah harta. Maka Rasulullah ﷺ dengan penuh kasih memberikan solusi yang adil dan bijaksana: mengajarkan dzikir yang menjadi sarana untuk menyamai, bahkan melampaui, keutamaan orang-orang kaya tersebut.

جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ ﷺ فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ

Kisah Abu Hurairah yang Sejalan dengan Kandungan Hadits

Abu Hurairah dikenal sebagai sahabat yang hidup sederhana dan termasuk dari golongan ahlus shuffah, yaitu para sahabat miskin yang tinggal di serambi Masjid Nabawi. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, hidup dalam kesederhanaan, dan menghabiskan waktunya untuk beribadah, belajar, serta mendengarkan sabda Nabi ﷺ. Abu Hurairah sendiri sering menahan lapar hingga pingsan, namun beliau tetap teguh dalam ibadah dan semangat menuntut ilmu. Dalam sebuah riwayat, beliau pernah berkata, “Aku sering pingsan di antara mimbar Rasulullah dan kamar ‘Aisyah karena lapar, bukan karena gila.”

Kisah hidup Abu Hurairah ini menunjukkan betapa kuatnya keimanan beliau, meskipun hidup dalam kekurangan. Ia tidak pernah mengeluh terhadap kemiskinannya, justru menjadikannya sebagai pendorong untuk lebih dekat kepada Allah. Ketika Nabi ﷺ mengajarkan amalan dzikir setelah shalat dalam hadits ini, Abu Hurairah termasuk orang yang paling bersemangat mengamalkannya, karena beliau memahami betul bahwa dzikir adalah jalan yang dapat menyetarakan amal orang-orang miskin dengan orang-orang kaya yang mampu bersedekah dan berhaji.

Dengan kehidupannya yang penuh kesederhanaan namun kaya akan keimanan, Abu Hurairah menjadi teladan bahwa kedekatan dengan Allah tidak bergantung pada harta, melainkan pada hati dan amal yang ikhlas. Dzikir menjadi bentuk kekayaan ruhani bagi mereka yang tidak memiliki harta duniawi, namun senantiasa mengingat Allah di setiap waktu.

Makna dan Faedah Hadits

Hadits ini menegaskan bahwa keutamaan di sisi Allah tidak diukur dari kekayaan atau kemampuan materi, tetapi dari amal dan keikhlasan hati. Rasulullah ﷺ memberikan amalan dzikir sederhana — tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), dan takbir (Allahu Akbar) masing-masing 33 kali setelah shalat — sebagai bentuk keadilan ilahi yang menjadikan semua hamba memiliki peluang yang sama untuk meraih pahala besar.

Faedah pertama, hadits ini mengajarkan bahwa dzikir adalah ibadah yang ringan dilakukan, tetapi besar pahalanya. Siapa pun bisa melakukannya tanpa harus memiliki harta atau kemampuan fisik tertentu. Dzikir menghidupkan hati, menenangkan jiwa, dan menguatkan hubungan spiritual antara hamba dan Tuhannya.

Faedah kedua, hadits ini memberikan motivasi agar setiap Muslim tidak merasa rendah diri karena kekurangan duniawi, sebab Allah membuka banyak pintu kebaikan yang bisa dicapai tanpa harta. Orang miskin bisa menyamai, bahkan melebihi, keutamaan orang kaya bila mereka tekun dalam dzikir dan ibadah lainnya.

Faedah ketiga, hadits ini juga menunjukkan hikmah Rasulullah ﷺ dalam mendidik umatnya — beliau selalu mencari jalan agar semua golongan mendapat kesempatan yang sama dalam beramal, sehingga tidak ada yang merasa tertinggal dalam kebaikan.

Penutup

Kisah Abu Hurairah dan hadits ini mengajarkan bahwa dzikir bukan sekadar ucapan lisan, tetapi juga bentuk kekayaan hati. Abu Hurairah yang hidup miskin namun senantiasa berzikir menjadi bukti bahwa kemuliaan sejati bukan pada harta, melainkan pada kedekatan dengan Allah. Siapa pun yang membiasakan diri bertasbih, bertahmid, dan bertakbir setelah shalat akan meraih pahala besar, ketenangan jiwa, dan kedudukan mulia di sisi Allah ﷻ. Inilah bentuk rahmat Rasulullah ﷺ yang menyetarakan umatnya dalam kesempatan beribadah dan beramal saleh, tanpa memandang kaya atau miskin.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments