www.ibumengaji.com Sombong atau takabur berasal dari kata “kibr” (الكبر) dalam bahasa Arab yang berarti besar, baik secara fisik, kedudukan, atau perasaan diri. Bentuk masdarnya adalah takabbur (تَكَبُّر), yang berarti merasa diri besar, atau menyombongkan diri.
Dalam istilah syariat, takabur adalah sifat batin yang membuat seseorang merasa lebih tinggi dan lebih baik dari orang lain, sehingga menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ”
“Takabur itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
(HR. Muslim no. 91)
Kisah Takabur Iblis dalam Al-Qur’an
Kisah Iblis yang menolak sujud kepada Adam AS menjadi contoh klasik dari sifat takabur. Allah SWT memerintah seluruh malaikat sujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan, bukan ibadah. Iblis menolak, karena merasa lebih baik dan mulia.
Ayat-ayat yang Menceritakan Penolakan Iblis:
-
Surah Al-Baqarah (2): 34
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” -
Surah Al-A’raf (7): 12
“Allah berfirman: ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Menjawab Iblis: ‘Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.’” -
Surah Sad (38): 75-76
“…Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Para ulama menyimpulkan bahwa:
-
Sifat takabur adalah akar dari kekufuran Iblis.
-
Takabur mendorong seseorang menolak perintah Allah dan menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain.
-
Ini menjadi peringatan keras bahwa takabur adalah pintu masuk menuju kesombongan, kedurhakaan, dan kekafiran.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Keburukan pertama kali yang terjadi di langit adalah takabur (oleh Iblis), dan keburukan pertama di bumi adalah hasad (dengki, oleh Qabil kepada Habil).”
Cara Agar Terhindar dari Sifat Takabur (5 Hal)
-
Mengenali Hakikat Diri
Menyadari bahwa manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Tidak ada alasan untuk merasa lebih tinggi karena hakikat manusia adalah lemah dan hina tanpa rahmat Allah.
-
Belajar Tawadhu (Rendah Hati)
Tawadhu adalah lawan dari takabur. Selalu belajar merendahkan hati, walau punya kelebihan. Rasulullah ﷺ sebagai makhluk termulia pun sangat tawadhu terhadap sahabat dan orang biasa.
-
Mengakui Keutamaan Orang Lain
Menghargai kelebihan orang lain dan mengakui bahwa bisa jadi ada yang lebih baik dari kita dalam aspek tertentu, bahkan dari orang yang lebih muda atau berbeda status sosial.
-
Menghindari Ujub (Bangga Diri)
Ujub adalah cikal bakal takabur. Selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan dan jangan merasa itu hasil jerih payah sendiri semata.
-
Bersahabat dengan Orang Shalih dan Ahli Ilmu
Lingkungan sangat berpengaruh. Berkawan dengan orang yang rendah hati dan bijak akan menular sifat baiknya kepada kita.
Takabur adalah Sifat yang Hanya Milik Allah
Dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: إِنَّ الْعِزَّ إِزَارِيْ وَالْكِبْرِيَاءَ رِدَائِيْ فَمَنْ نَازِعُنِيْ فِيْهِمَا عَذَّبْتُهُ. (رواه الطبراني)
Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan sombong adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengambilnya dariku, Aku Adzab dia. (HR. Muslim)
Penutup
Takabur adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Ia adalah pintu kepada kekufuran, sebagaimana terjadi pada Iblis. Islam mengajarkan tawadhu sebagai obatnya. Barang siapa yang menyombongkan diri, maka Allah akan hinakan dia, namun siapa yang merendahkan hati karena Allah, maka Allah akan angkat derajatnya.
“Barangsiapa merendahkan diri karena Allah, Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)